F

Jumaat, 20 Julai 2012

Mengenal Pasti Perjuangan Di Patani

 


Part1  

Ahad, 15 Julai 2012

HIKMAH PUASA RAMADHAN



"Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183)

PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya.

RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb.

Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:

"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.

Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan
rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja.

Allah berfirman yang maksudnya:

"Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (s.al-A'raf:31)

Nabi s.a.w.juga bersabda:

"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."

Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.

Allah berfirman yang maksudnya: "Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran
pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran
itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.

Mensyukuri Kedatangan Ramadan

undefined

BERSYUKURLAH dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah SAW selalu memberi kabar gembira kepada para sahabat setiap kali datang bulan Ramadan. “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kalian berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu syurga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR: Ahmad).

Karena itu, selain berpuasa dengan menahan diri dari makan dan minum, serta berbagai perbuatan yang mengurangi, bahkan membatalkan ibadah puasa, bulan suci ini umat muslim dianjurkan memperbanyak ibadah. Satu ibadah sunat dikerjakan di bulan Ramadan, pahalanya seperti mengerjakan perbuatan wajib di luar bulan Ramadan.

Sedangkan mengerjakan satu perbuatan wajib di bulan puasa, maka pahala 70 kali lipat dibanding mengerjakan pada bulan di luar Ramadhan. Tentunya pahala 70 kali lipat ini harus mengerjakan ibadah puluhan tahun di luar bulan puasa. Begitulah janji Allah kepada orang-orang beriman, asalkan setiap ibadah dikerjakan karena Allah.

Seperti Nabi Muhammad SAW, di antara ibadah sunat yang cukup banyak dikerjakan pada bulan Ramadan, yaitu mengamalkan dan memperbanyak membaca Alquran. Kedua perbuatan sunat ini diyakini lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah lainnya. Selain itu, sambutlan bulan Ramadan dengan meninggalkan dosa dan segala kebiasaan buruk. Bertaubatlah dengan benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur : 24)

Bahkan, Rasulullah mengatakan jika sekiranya umatku mengetahui kelebihan bulan Ramadan, ia akan menangis ketika bulan ini telah usai. Selanjutnya, berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan akan datang. Maka manfaatkanlah bulan Ramadan dengan berbagai ibadah, seakan-akan Ramadan kali ini bulan pengampunan terakhir diberikan Allah kepada kita.***

Keistimewaan Sya’ban dan Ramadhan



Keistimewaan Sya’ban dan Ramadhan. Sesungguhnya untuk yang mau mempelajari bulan demi bulan mengandung kelebihan tersendiri, Ramadhan turunnya Al-Quran, Zulhijjah disebut bulan haji, Nabi Ibrahim mengorbankan anak sendiri Ismail kemudian umat Nabi Muhammad SAW, menamakannya bulan korban. Bulan Rajab Isra’ Mikraj Rasulullah SAW. Bulan Sya’ban meiliki jumlah keistimewaan dan hikmah pula, yakni hikmah dan kebaikan yang dikandungnya. Bulan Sya’ban mendatangi kita tiap tahun guna memberikan kesempatan agar meningkatkan dan melipatgandakan berbagai amal kebaikan. Pada bulan inilah kesempatan bagi kaum muslimin memperbanyak amal ibadahnya serta perbuatan lainnya seperti memberi sedekah fakir miskin, membina anak yatim, memperbanyak puasa sunnat guna melatih diri menghadapi puasa Ramadhan nantinya.

Aisyah istri Rasulullah SAW, menjelaskan sebagai berikut, bahwa selain Ramadhan, Nabi Muhammad SAW, selalu berpuasa pada bulan Sya’ban. Hadis yang diriwayatkan Usmah bin Zaid menjelaskan : “saya bertanya kepada Rasulullah SAW, : Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak pernah melihat engkau memperbanyak puasa sunnat mu pada bulan-bulan yang lain, seperti yang engkau lakukan pada bulan Sya’ban. Rasulullah SAW, menjawab kepadanya dengan mengatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak antara bulan bulan Rajab dan Ramadhan sering kali orang melupakan fadilah dan keutamaan yang terkandung didalamnya bulan tersebut. Padahal bulan tersebut segala amal perbuatan selama satu tahun diangkat kehadapan Allah SWT. Dan inilah sebabnya kenapa saya banyak berpuasa sunnat pada bulan tersebut, karenanya ingin amal dan perbuatan saya diangkat kehadapan Allah SWT. Dan saya dalam keadaan puasa.

Hadis diatas kemudian diperkuat lagi oleh hadis riwayat Anas ra. ” Orang muslim di zaman Rasulullah SAW, dan sahabatnya selalu meningkatkan bacaan Al-Quran setiap kali memasuki bulan Sya’ban, dan pada bulan Sya’ban jugalah mereka selalu membayar zakat mereka terhadap fakir miskin demi untuk membantu menghadapi bulan Ramadhan dengan jiwa yang tenang”. Kedua hadis Rasulullah itu mengingatkan kaum muslimin menyambut bulan Sya’ban dengan melaksanakan perintah Allah SWT, dan melaksanakan perbuatan yang baik-baik. Bagi mereka yang mendapatkan rezki yang dilebihkan Allah jangan lupa menyisihkan sebagian rezki itu untuk bersedekah dan membayar zakat. Mudah-mudahan Allah SWT, dengan menunjukkan amal ikhlas seorang muslim sejati disisi Allah SWT, akan menurunkan rahmat yang berlimpah kepada manusia dan alam sekitar. Seperti rahmat kesehatan, rahmat kesempatan, rahmat Iman dan rahmat Islam.

Hadis lain tentang keistimewaan bulan Sya’ban ialah kata Aisyah :” saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW, menyempurnakan puasanya satu bulan penuh, selain puasa bulan Ramadhan dan saya tidak melihat pula Rasul SAW, berpuasa dibulan lain, lebih banyak dari bulan Sya’ban”. (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim). Keterangan hadis diatas menyelaraskan puasa sunnat yang dilakukan Rasul SAW, pada bulan Sya’ban lebih banyak dilakukan dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Kecuali Ramadhan Rasul SAW. Melakukan puasa sunnat, cukup banyak.

Mengapa puasa bulan Ramadhan dilakukan sebulan penuh? Karena puasa pada bulan Ramadhan merupakan puasa yang diwajibkan bagi orang-orang beriman (Al-Baqarah : 183). Berpuasa berarti menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas rahmdan karunia dan nikmat Allah yang kita peroleh. Melalui puasa sunnat dan puasa wajib, berarti kita menyatakan rasa syukur kepada-Nya. Selain berterima kasih itu melalui puasa membuktikan bahwa kita sanggup menahan makan dan minum dan menahan segala hawa nafsu yang menyesatkan disebut hawa nafsu hewani. Dan hikmah puasa lainnya, adalah memberikan pendidikan kepada kita untuk berdisiplin diri dan mendidik pula rasa belas kasihan bagi orang-orang yang tidak mampu dan dengan puasa dapat terjaga kesehatan rohani dan jasmani. Sebaiknya lakukan puasa baik puasa sunnat dibulan Sya’ban maupun puasa wajib di bulan Ramadhan.

Setelah dapat memahami dan menjalankan apa yang terkandung pada bulan Sya’ban jadi istimewa sebagai hadis Rasul SAW, tersebut diatas yang diriwayatkan Usmah bin Zaid, kapan sampai bilangan perjalanan bulan sampai bulan Ramadhan bermodalkan pengalaman di bulan Sya’ban Insya Allah dapat dengan ikhlas mengamalkan ibadah selama bulan Ramadhan nanti ikhlas karena Allah SWT. Benar cara mengerjakan ibadah tersebut, yakni tujuan hendak dicapai redha Allah. Merasakan fakir dalam amal (miskin dalam amal) selama Ramadhan nanti hindari menunda amal shaleh untuk dikerjakan atau mengulur-ngulur waktu shalat umpamanya.

Inilah yang dimaksud ke istimewaan dan hikmah bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan.

Khamis, 5 Julai 2012

MALAM NISFU SYA’BAN DAN KELEBIHANNYA


Dalam bulan Sya’ban ada satu malam yang oleh Allah diberikan keistimawaan dan keberkahan di dalamnya, yaitu malam Nisfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Nisfu Sya’ban). Hal ini sebagaimana di sabdakan Rasulullah yang maknanaya: “jika datang malam Nisfu Sya’ban maka dirikanlah shalat malam dan berpuasalah pada esok harinya” (HR. Ibnu Majah). Sabda Rasulullah ini menunjukkan keistimewaan malam pertengahan bulan Sya’ban (Nisfu Sya’ban) Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk mengisi malam tersebut dengan shalat malam, puasa pada esok harinya dan juga dengan memperbanyak dzikir, wirid serta mengingat mati, hari kebangkitan dari kubur dan hari perhitungan (hisab) semua amal perbuatan manusia, dimana orang-orang yang beriman dan bertaqwa akan beruntung dan orang yang kufur dan dzalim akan merugi. Membaca surat yasin 3 kali pada malam nisfu Sya’ban dengan ikhlas dan benar adalah amal perbuatan yang baik dan yang membacanya akan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Namun sebenarnya tidak ada satu hadits pun yang menjelaskan tentang kesunnahan membaca surat yasin pada malam ini secara khusus.
Ada satu catatan penting berkaitan dengan tradisi di sebagian masyarakat kita pada malam nisfu Sya’ban, yaitu tentang do’a yang biasa di baca oleh sebagain masyarakat pada malam ini. Do’a tersebut perlu diluruskan karena berkaitan dengan masalah tauhid atau keimanan terhadap taqdir Allah ta’ala. Doa itu berbunyi:

اَللّهُمَّ ِإنْ ُكْنتَ َكَتْبتَنِي ِفىْ أُمِّ اْلِكَتاِب َمْحُرْومًا أَوْ َمْطرُوْدًا أَوْ ُمقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرّزْقِ فَامْحُ أَللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَاِني وَطَرْدِي وَإِقْتَارَ رِزْقِي 

Makna doa yang  perlu di luruskan tersebut adalah: “Ya Allah, jika Engkau telah menetapkan aku dalam kitab-Mu sebagai orang yang terhalang, tersingkirkan atau yang yang terkurangi rizkinya. Maka hapuslah ya Allah dengan karunia-Mu kesengsaraan, keterhalangan, ketersingkiran dan kekurangan rizkiku…”. Doa ini tidak ada yang meriwayatkan dengan riwayat yang shahih dan doa tersebut mangandung makna seakan-akan taqdir Alllah dapat berubah, padahal umat islam sepakat sebagaimana yang di nash alqur’an maupun hadits bahwa taqdir Allah, kehendak Allah tidak dapat di ubah dengan sesuatu apapun, karena perubhan menandakan baharunya sesuatu sedangkan Allah dan sifat-sifat-Nya adalah azali (tidak memiliki permulaan) dan abadi (tidak memiliki penghabisan). Artinya taqdir Allah tidak berubah   

Kelebihan malam nisfu sya'ban

Berikut Hadis – Hadis yang menerangkan kelebihan malam Nisfu Sya’ban
1. Dari sayyidina Ali: Baginda Rasulullah SAW maksudnya: Apabila datang malam nisfu sya’ban maka beribadahlah di malamnya dan puasalah di siang harinya sesungguhnya Allah menurunkan rahmatNya dan para Malaikatnya pada malam itu dan berkata siapa yang minta rezeki ku beri, siapa meminta keselamatan aku pelihara, siapa yang hendak sesuatu maka akan ku kabulkan sampai terbit fajar.


2. Dari Muaz bin jabal, Bersabda baginda RasulullahuSAW maksudnya: pada malam nisfu sya’ban menurunkan Allah akan RahmatNYA dan para malaikatnya maka mengampuni Allah akan Dosa-dosa hambanya.
Di riwayatkan bahawa pemindahan semua perkara dari lauhil mahfuz pada malam nisfu sya’ban dan selesai pada malam lailatul Qadar Di serahkan urusan rezeki pada Malaikat Mikail urusan perang/gempa/bencana pada Malaikat Jibril , urusan amal pada Malaikat penghulu langit dunia dan urusan Musibah pada Malaikat maut.

3. Daripada sayyidah Aisyah  berkata:
Malam nisfu sya’ban aku terbagun dan rasulullah tidak ada di sampingku maka aku cari dan ternyata baginda ada di pekuburan sambil memandang ke langit kemudian berkata sungguh Allah menurunkan rahmatNya dan MalaikatNya ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa hambanya 


4. Daripada Sayidah Aisyah berkata:
Rasulullah berdiri sembahyang dan kemudian sujud sangat lama sehingga aku menyangka beginda telah wafat. Was – was aku melihat sedemikian maka aku gerak-gerakan hujung kaki beliau maka bergeraklah.  Kemudian aku kembali ke rumah dan ketika beginda selesai dari sembahyang,  Baginda datang dan berkata: ” tahukah kamu malam apakah ini?
Berkata Aisyah: Allah dan Rasulnya yang lebih tahu
Berkata Baginda : Malam ini adalah malam Nisfu sya’ban sesungguhnya Allah Memandang dan mengampuni Hamba-hambanya pada malam ini.

5. Dari Naufal al bakali bahwasanya sayidina Ali keluar rumah pada malam nisfu sya’ban dan memandang kelangit sambil berkata keluar pada malam nisfu sya’ban nabiullah Daud alaihissalam dan memandang kelangit dan berkata Ya Allah sesungguhnya malam ini adalah malam mustajab do’a tidak berdo’a seseorang melainkan engkau kabulkan.

6. Diriwayatkan dari Ka’ab al ahbar berkata:
Sesungguhnya Allah Mengutus malaikat Jibril pada malam nisfu sya’ban ke syurga dan memerintahkan  dihiaskan syurga.  Allah melepaskan dari api neraka pada malam ini hambanya sebanyak bilangan bintang di langit, sebilangan hari dan malam di dunia, sebilangan daun-daun pepohonan, seberat gunung-gunung dan sebilangan pasir-pasir.
7. Pada malam Nisfu Sya’ban Allah menambahkan air Zam Zam.
Faedah amalan pada Nisfu Sya’ban
Disunatkan menghidupkan dan menghidupkan malam Nisfu sya’ban dengan beribadah seperti sembahyang sunat tasbih, Baca Alquran, Berzikir, Selawat, dan Berdoa dengan niat:
1. Panjang umur sihat wal’afiat dalam taat dan ibadah kepada Allah.
2. Selamat dari pada musibah, bala, penyakit, wabak penyakit.
3. Minta rezeki yang halal dan kaya hati dari sekalian makhluk dan mati dalam keadaan husnul khatimah baik kesudahan.
4. Dan sekurang-kurangnya pada malam Nisfu Sya’ban beribadah dengan mengerjakan Solat Isyak berjamaah dan Solat Subuh berjamaah.
 Ya Allah,Ya Rahman,Ya Rahim..
Jika Engkau takdirkan panjang usiaku
Tetapkanlah aku di jalanMu
Agar aku istiqamah menjejaki keredhaanMu
Teguh menjalankan perintahMu,tunduk pada ketentuanMu.
Jadikanlah diri ini orang yang selalu menjauhi laranganMu.
Agar tidak sia-sia sisa umurku berlalu…
Amin.

  

Hukum Puasa, Solat & Doa Pada Nisfu Sya’ban

Petikan Fatwa Fadhilah Mufti Mesir Prof. Dr Ali Jum'ah.
Apa hukum melakukan solat dan doa pada malam nisfu Sya'ban seterusnya berpuasa pada siang harinya?
Jawapan :
Malam nisfu Sya'ban merupakan malam yang barakah. Terdapat sebilangan besar dalil yang menyebut tentang kelebihan malam nisfu Sya'ban daripada hadis-hadis (Nabi S.A.W) yang saling menguatkan antara satu sama lain serta mengangkat (hadis-hadis tersebut) ke darjat Hadis Hasan dan Kuat (dari segi hukumnya).
Maka mengambil berat terhadap malam nisfu Sya'ban serta menghidupkan malamnya adalah sebahagian daripada agama yang tiada keraguan padanya. Adapun keraguan yang timbul adalah disebabkan pandangan terhadap hadis-hadis yang barangkali hukumnya Dhaif yang menceritakan tentang kelebihan malam tersebut.
Antara hadis-hadis yang menceritakan tentang kelebihannya :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَتْ : "فَقَدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ :يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ :قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ" - رواه الترميذي وابن ماجه وأحمد .
Hadis daripada Ummul Mukminin Sayidatina 'Aisyah R.A telah berkata : "Aku telah kehilangan nabi S.A.W pada suatu malam, maka aku telah keluar untuk mendapatinya maka baginda berada (sedang berdiri di kawasan perkuburan) Baqi' sambil mendongakkan kepalanya ke langit. lalu baginda berkata : Wahai 'Aisyah, adakah kamu takut Allah dan Rasulnya melakukan kezaliman ke atas kamu? Berkata 'Aisyah : Bukan demikian sangkaanku tetapi aku menjangkakan kamu telah pergi kepada sebahagian daripada isteri-isteri kamu (atas perkara-perkara yang mustahak lalu aku ingin mendapat kepastian). Lalu baginda bersabda : Sesungguhnya Allah Ta'ala telah turunkan (malaikatNya dengan perintahNya) pada malam nisfu Sya'ban ke langit dunia, lalu Allah mengampunkan dosa-doa (yang dilakukan oleh hambaNya) lebih banyak daripada bilangan bulu-bulu yang terdapat pada kambing-kambing peliharaan (bani) Kalb."
[Hadis Riwayat Al-Tirmizi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad.]

Seterusnya,

عن مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ " - رواه الطبرانى وصححه ابن حبان .
Hadis daripada Saidina Mu'adz ibnu Jabal R.A bahawa nabi S.A.W telah bersabda :"Allah memandang pada kesemua makhluk ciptaanNya pada malam nisfu Sya'ban, lalu Allah mengampunkan dosa-dosa kesemua makhlukNya melainkan dosa orang musyrik  (yang menyekutukan Allah)  dan dosa orang yang bermusuhan."
[Riwayat Al-Tobrani dan disahihkan oleh Ibnu Hibban.]
Seterusnya,

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ كرم الله وجهه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ" - رواه ابن ماجه .
Hadis daripada Saidina 'Ali R.A bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda : "Apabila masuk malam nisfu Sya'ban, maka hendaklah kamu bangun pada malamnya dan berpuasa pada siang harinya, Sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan malaikatnya ke langit dunia pada malamnya setelah terbenamnya matahari, lalu Allah berkata : Sesiapa yang memohon keampunan padaKu maka Aku akan mengampunkan baginya, Sesiapa yang memohon rezeki padaKu maka Aku akan memberikannya rezeki, Sesiapa yang ditimpa musibah maka Aku akan melepaskannya, sesiapa yang demikian...sesiapa yang demikian ...sehinggalah terbitnya fajar."
[Riwayat Ibnu Majah]


Tidaklah mengapa seandainya membaca surah Yasin sebanyak 3 kali selepas solat maghrib secara terang-terangan dan beramai-ramai. Hal ini kerana termasuk dalam perkara menghidupkan malam tersebut dan perkara berkaitan dengan zikir ruangannya adalah luas. Adapun mengkhususkan sebahagian daripada tempat dan waktu untuk melakukan sebahagian daripada amalan soleh secara berterusan adalah termasuk dalam perkara yang disyariatkan selagi mana seseorang yang melakukan amalan tersebut tidak beri'tiqod (menjadikannya sebagai pegangan) ; bahawa perkara tersebut adalah wajib di sisi syara' yang membawa hukum berdosa sekiranya meninggalkannya.
Hadis daripada Ibnu Umar R.A telah berkata :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : "كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبً" - متفق عليه .
"Nabi S.A.W akan mendatangi masjid Quba pada setiap hari Sabtu
samada dengan berjalan ataupun menaiki tunggangan."
[Riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim.]


Berkata Al-Hafiz Ibnu Hajar di dalam kitabnya (Fathul Bari) :
"Di dalam hadis ini walaupun berbeza jalan-jalan pengriwayatannya menunjukkan kepada (hukum) harus mengkhususkan sebahagian hari-hari untuk melakukan sebahagian daripada amalan-amalan soleh serta melakukannya secara berterusan." -tamat
Berkata Ibnu Rajab Al-Hanbali di dalam kitabnya (Lathoif Al-Ma'arif) :
"Ulama' di Syam telah berselisih pandangan dalam menyifatkan cara untuk menghidupkan malam nisfu Sya'ban kepada dua pandangan.
Pertamanya :
Adalah disunatkan menghidupkan malamnya secara berjamaah di masjid.
Khalid ibn Ma'dan dan Luqman ibn 'Amir dan selain daripada mereka telah memakai sebaik-baik pakaian, dan mengenakan wangian serta mengenakan celak pada mata serta mendirikan malamnya dengan ibadah.
Dan Ishaq ibn Rahuyah bersepakat dengan pandangan mereka terhadap perkara tersebut dan berkata dalam masalah mendirikan malamnya dengan ibadah di masjid secara berjamaah : "Perkara tersebut tidaklah menjadi bid'ah." Kalam ini dinukilkan oleh Harb Al-Kirmani di dalam kitab Masail nya.
Keduanya :
Sifatnya adalah makruh penghimpunan pada malamnya di masjid untuk melakukan solat serta bercerita dan berdoa. Dan tidak makruh sekiranya seseorang itu melakukan solat secara bersendirian. Ini adalah pandangan Al-Auzaie Imam Ahli Syam dan Ahli Faqeh dan 'Alim." -tamat
Kesimpulannya :
Maka menghidupkan malam nisfu Sya'ban sama ada secara berjamaah ataupun secara bersendirian sebagaimana sifat yang masyhur dikalangan orang ramai dan selainnya adalah perkara yang disyariatkan dan tidaklah menjadi bid'ah dan tidaklah menjadi makruh dengan syarat tidak menjadikan amalan tersebut sebagai suatu kemestian dan kewajipan.
Sekiranya amalan tersebut diwajibkan ke atas orang lain serta menghukum kepada mereka yang tidak mengikutinya dengan hukum berdosa maka menghukumkan dengan hukum dosa itu yang menjadi bid'ah kerana mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkan oleh Allah dan RasulNya S.A.W. Inilah makna yang menjadikannya makruh sebagaimana pandangan para salafussoleh terhadap hukum makruh dalam menghidupkan malam nisfu Sya'ban. Adapun menghidupkan malamnya sebagaimana hakikat asalnya maka perkara tersebut adalah disyariatkan dan tidaklah menjadi makruh.
Oleh itu, digalakkan menghidupkan malamnya dengan ibadah dan siangnya dengan puasa.

Petikan Fatwa Fadhilah Mufti Mesir Prof. Dr Ali Jum'ah.
Terjemahan : Ibnu Juhan Al-Tantawi
Sumber : Majalah Minbar Al-Islam, keluaran tahun ke-(68), bil (8) Sya'ban 1430, m/s 136.

Usrah Ainshams Mesir Patani